Rabu, 23 Januari 2013

Satu diantara PERINGATAN ALLAH Swt



Satu diantara    
Peringatan Allah Swt     
    
      Dari sekian banyak peringatan Allah kepada hamba-Nya, salah satu diantaranya adalah peringatan akan sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap Muslim yang disampaikan-Nya melalui surat Al-Baqarah ayat 120: “Wa lan tardaa ‘ankal-Yahuudu wa lan-Nasaaraa hattaa tattabi’a millatahum, qul inna hudallaahi huwal-hudaa, wa la’init-taba’ta ahwaa’ahum ba’dal-lazii jaa’akaminal-‘ilmi maa laka minallaahi miw waliyyiw wa laa nasiir”, yang artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti ‘ millah’ mereka. Katakanlah: sesungguh nya petunjuk Allah, itulah petunjuk yang benar; dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepada kamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.  
      Demikian pula sabda Rasulullah s.a.w: Kamu akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, bahkan bila mereka masuk ke dalam lubang biawak pun, akan mengikutinya. Aku bertanya: Apakah  mereka itu orang-orang Yahudi dan Nasrani ? Rasul menjawab: Siapa lagi selain mereka (HR.Bukhari).   
     Memang dalam perjalanan sejarah, upaya yang tak henti-hentinya dengan berbagai cara dan methode terus digulirkan. Sejak terjadinya Revolusi Industri di Eropa, yang berlangsung secara luar biasa dan memberikan dampak sangat besar terhadap kekuatan negara-negara Eropa tersebut, kaum Muslimin terhenyak dan mengalami kebimbangan dalam menyikapi revolusi tersebut. Dalam keadaan bimbang dan bingung, dan seiring pula dengan perkembangan kapitalisme yang mendasarkan Teori  Evolusi dari Darwin dan Malthus yang menyatakan bahwa kelas-kelas dalam Masyarakat itu perlu ada; perlu ada perang, sehingga perlu ada yang menjajah dan yang dijajah, maka tak ayal lagi bertambah luaslah jangkauan penjajahan atas  blok timur (Islam) oleh  blok  barat. Lebih lanjut Malthus mengatakan  bahwa perkembangan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan makan. Untuk mengembangkan dua hal tersebut, perlu ada perang; kelaparan dan bencana, dan kemudian terjadilah kekejaman dan kelaliman antara lain di Benggala yang diciptakan dalam bentuk bencana kelaparan yang cukup hebat.
     Di pihak lain, kehancuran Turki Utsmani, ditandai dengan naiknya boneka Yahudi Kemal Attaturk ke puncak kekuasaan pada tahun 1924. Kepemimpinan Attaturk menjadi lonceng kematian bagi lahirnya kembali payung umat Islam yang bernama khilafah untuk membela kepentingan dunia Islam. Kehancuran ini telah membuat dunia Islam kehilangan jati diri dan kekuasaan dimata dunia. Orang-orang Yahudi dengan bantuan organisasi Salibis Internasional dan negara-negara kolonialis  Barat terus-menerus menyebar permusuhan dan rasa kebencian terhadap umat Islam. Hingga saat ini, dalam usianya yang kurang lebih 1500 tahun, Islam masih tetap disalah-pahami oleh Dunia, terutama Barat, lebih dari agama-agama lainnya.
    Kesalah-pahaman yang menyebabkan tertanamnya kebencian itu telah ada sejak disinformasi tentang Islam dan kaum muslim oleh Paus Urbanus V, yang hingga saat ini masih membekas di benak orang-orang Nasrani. Hal tersebut dapat kita lihat dari pernyataan Perdana Menteri Italia Berlusconi di depan publik di Roma beberapa hari setelah peristiwa 11 September 2001 yang antara lain: Islam adalah ajaran yang kurang beradab dan kedudukannya di bawah agama Kristen yang telah mampu mendorong demokrasi dan kesejahteraan di dunia. Ditambahkannya, Peradaban Barat lebih superior, karena menjamin penghormatan pada hak-hak azazi manusia, hak politik, dan hak beragama. Barat harus yakin akan superioritas peradabannya. Barat harus mampu menaklukkan orang Islam seperti halnya mereka menaklukkan komunisme. Itu pula sebabnya mengapa ketika Turki modern mengajukan permohonan untuk masuk sebagai negara anggota Uni Eropa, kanselir Helmuth Kohl dari Jerman berujar, Kita tidak dapat membayangkan ada sebuah negara Islam menjadi anggota dalam suatu federasi Eropa, Eropa adalah Kristen, dan akan tetap menjadi Kristen.
      Demikianlah sekelumit ilustrasi, atas apa yang telah diperingatkan Allah swt maupun Rasulullah  terhadap umat Islam sejak sekian abad yang lalu. Namun apa gerangan yang membuat masyarakat Barat begitu geram dan cemas terhadap Islam dibandingkan dengan peradaban yang lain ?. Ada beberapa penyebabnya, antara lain :
Motif Dendam 
      Perang melawan bajak laut diabad ke 19 dan perang membasmi terorisme Internasional diabad ke 21, mempunyai latar-belakang berdasarkan keinginan balas-dendam dialam bawah sadar masyarakat Barat, yang mengalami trauma sebagai dampak dari kegagalan bangsa-bangsa Kristen Eropa dalam Perang Salib, serta ketakutan kepada ancaman kekuatan Islam yang pernah menghantui bangsa-bangsa Eropa untuk masa yang cukup lama.
Motif Ekonomi
      Menurut Paul Johnson, seorang sejarawan sayap-kanan Inggris, penaklukan kaum imperialis Barat terhadap negara-negara Islam pada abad ke 19 tidak ada kaitan dengan seruan pembasmian-perompakan di laut, tetapi merupakan pertarungan negara-negara kapitalis guna memperkuat posisi tawar mereka dalam persaingan global untuk meraih laba, pasar, dan sumber-sumber daya alam, sama halnya seperti perang membasmi terorisme dewasa ini, yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang serupa. Kalau dahulu motifnya adalah rempah-rempah dan emas, maka sekarang beralih ke minyak.
Motif Hegemoni     
      Pembasmian terorisme dan pencegahan akumulasi senjata-senjata pembunuh massal yang ada di tangan negara-negara yang tidak bertanggung jawab kini menjadi acuan dalam mendefinisikan kepentingan nasional Amerika. Ancaman If youre not with us, youre against us cukup membuat negara-negara lain (Muslim) ketakutan dengan akibat-akibat berupa sanksi ekonomi, politik, dan militer. 
     Ketiga motif tersebut diataslah yang lazim mereka sebut dengan semangat Gold, Glory, dan Gospel. Semangat inilah yang semakin menjadikan Barat ingin tetap menguasai dunia, khususnya Amerika yang telah mengklaim dirinya sebagai globo-cop (polisi dunia), yang mulai memobilisasi dukungan internasional dalam kampanye perang menumpas terorisme.
     Lalu bagaimana halnya dengan posisi umat Islam serta bagaimana menyikapi keadaan yang berkembang saat ini ?

POSISI UMAT ISLAM
     Setelah melampaui masa kejayaannya, hingga kini, belum ada generasi muslim yang mampu membangkitkan dan menata kembali puing-puing sejarah umat Islam. Islam memang menjadi salah satu agama yang mempunyai jumlah  penganut  terbesar  di dunia. Namun, jika dilihat posisi dan kondisi sosial ekonomi dan politik, nasib umat Islam masih sangat memperihatinkan. Di bidang ekonomi mereka mempunyai  income per capita  yang rendah, apalagi di bidang teknologi.
     United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 2001  menerbitkan suatu laporan tentang Technology Achievement Index. Dalam laporan tersebut, tidak ada satu negara pun yang berpenduduk mayoritas Muslim yang masuk kelompok pertama (leaders). Hanya Malaysia saja yang masuk dalam kelompok kedua (potential  leaders), selebihnya termasuk Indonesia masuk kelompok ketiga (dynamic adopters) dan kelompok  keempat  (marginalized). Negara-negara muslim, utamanya yang tergabung dalam Organisasi Konprensi Islam (OKI), hampir tidak mempunyai bargaining position(posisi tawar) yang kuat dan memadai menghadapi kekuatan hegemoni Barat (AS) dan Zionis. Posisi umat Islam sebagaimana yang digambarkan Nabi saw, bagaikan buih di lautan.
     Pertanyaannya, mengapa semua ini bisa terjadi ?. Semua ini berawal dari tidak bersenyawanya umat Islam dengan Islam yang menjadi keyakinannya. Allah, dalam surat Ali Imran: 28, telah memperingatkan , Janganlah orang-orang  mukmin  mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Namun, justru kaum Muslimin saat ini mengambil ajaran dan ideologi orang kafir sebagai pedoman hidupnya, mengais-ngais harta pinjaman darinya, bahkan menyerahkan segala urusan kaum Muslimin pada mereka. Padahal Allah telah mempe-ringatkan pula dalam lanjutan ayat yang sama, Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah.     

BAGAIMANA SIKAP KITA ?              
       Memang harus kita akui, dan sebenarnya tidak bisa dihindari adanya kebutuhan akan pembaruan pemikiran dalam dunia Islam, terlebih lagi dalam era globalisasi. Tapi pembaruan tidak boleh dilakukan dengan memaksakan unsur luar terhadap Islam, melainkan harus muncul dari dalam diri Islam itu  sendiri. Langkah apa yang harus diambil oleh dunia Islam dan umat Islam dalam menghadapi ancaman global hegemony yang terkemas dalam suatu grand strategy? Tidak lain; pertama, komitmen kaum muslimin untuk berpegang teguh pada agama yang mereka anut, sebagaimana telah diperingatkan Allah melalui surat Az-Zukhruf ayat 43, dan sejalan dengan itu melalui lanjutan surat Al-Baqarah ayat 120 sebagaimana tersebut diatas , Allah telah mengingatkan kita “ qul inna hudaa Allaahi huwa al-huda” yang artinya: ‘Katakanlah : sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar.  Petunjuk Allah tidak lain adalah Kitabullah. Untuk itu marilah kita kembali kepada Al-Quran dan menjadikannya sebagai pedoman / petunjuk jalan hidup kita, baik dalam tataran keluarga; bermasyarakat; maupun berbangsa. Bila kita mengabaikannya, maka dalam lanjutan ayat yang sama, Allah telah berjanji: Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi Pelindung dan Penolong bagimu”. Kedua, memperkuat ukhuwwah Islamiyyah. Satu dan lain karena kekuatan umat terletak pada kekuatannya sebagai jamaah baik pada lingkup nasional maupun global,secara vertikal maupun horizontal. Ukhuwwah Islamiyyah menuntut adanya mutual-trust(saling percaya atas dasar kesetiaan kepada amanah) antara komponen dan antar-komunitas Islam. Untuk itu upaya membangun ukhuwwah Islamiyyah menuntut hadirnya pemerintahan yang bersih, kuat dan berwibawa. InsyaAllah..!!
      Al-Quran adalah merupakan peringatan bagi umat manusia agar tetap berada pada jalan yang diridhoi-Nya. Dikatakan peringatan, karena hal-hal yang terdapat dalam kandungan al-Quran, sebenarnya bagi orang-orang yang telah mengetahui, kiranya masih perlu selalu diingatkan secara berulang-ulang akan hal-hal yang sebenarnya telah diketahui. Satu dan lain, karena bagi orang yang sudah mengetahui dan bila kemudian menolak atau mengingkari, maka yang bersangkutan termasuk orang yang kafir (QS. Ali-Imran : 100).    Wassalaam....!!!

                          
                                                                               ==@==
        
Oleh : Chairullah Idris | 18/12/2012